Memahami Torsi Ovarium

gleneagles-ovarian-torsion-copy1

Torsi ovarium adalah salah satu kasus gawat darurat bedah ginekologi paling umum. Hal ini terjadi ketika ovarium terpuntir dari ligamen yang menyokongnya, menyebabkan tersumbatnya darah.

Kondisi ini dapat menyerang wanita segala usia, namun paling banyak ditemukan pada wanita dalam usia produktif. Ketika tuba fallopi terpuntir bersama dengan ovarium, kondisi ini disebut torsi adneksa.

Faktor risiko torsi ovarium

Faktor risiko torsi ovarium meliputi adanya massa ovarium yang berdiameter 5 cm atau lebih. Namun, torsi dapat muncul pada ovarium dalam berbagai ukuran. Risiko torsi umumnya meningkat seiring ukuran ovarium.

Pemicu ovulasi untuk penanganan infertilitas dapat menimbulkan kista folikel ovarium dan, pada beberapa kasus, pembesaran ovarium akibat kelebihan rangsangan.

Wanita dengan riwayat torsi ovarium juga memiliki risiko yang lebih tinggi.

Gejala torsi ovarium

Gejala torsi ovarium dapat meliputi nyeri pelvis yang muncul tiba-tiba dalam tingkat sedang hingga parah yang dapat terasa tajam, tumpul, menusuk, seperti kram atau sakit perut, mual dengan atau tanpa muntah, serta demam.

Diagnosis torsi ovarium

Dokter Anda akan terlebih dahulu menanyakan kondisi kesehatan umum dan gejala Anda sebelum melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Diagnosis dilakukan berdasarkan gejala yang Anda laporkan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Tes-tes yang digunakan untuk mendiagnosis torsi ovarium meliputi uji pencitraan, seperti ultrasonografi (USG) transvaginal dan pelvis disertai tes Doppler dan darah.

Diagnosis pasti akan ditetapkan dengan secara langsung mengamati ovarium yang terpuntir saat pembedahan. Umumnya, digunakan metode laparoskopik.

Pilihan pengobatan untuk torsi ovarium

Torsi ovarium, jika dibiarkan tanpa penanganan, dapat menyebabkan tidak adanya aliran darah menuju ovarium dan tuba fallopi yang bermasalah. Tidak adanya aliran darah ini dapat berujung pada kerusakan jaringan, infarksi (kematian jaringan), dan hilangnya fungsi pada organ-organ tersebut.

Untuk pasien premenopause dengan ovarium terpuntir jinak (tidak bersifat kanker), umumnya akan disarankan untuk mencoba mengembalikan posisi ovarium dan menjaga posisi tersebut(detorsi dan konservasi ovarium) dibandingkan dengan mengangkatnya (salpingo-ooforektomi). Jika teradapat kista ganas pada ovarium, dokter bedah dapat mengangkat kista (kistektomi) saat prosedur detorsi.

Untuk pasien dengan ovarium yang rusak parah atau diduga terjangkit kanker ovarium, jika ovarium jelas tampak mati (nekrosis) atau ada kekhawatiran dapat berkembang menjadi kanker, pendekatan yang disarankan adalah mengangkat kedua ovarium serta tuba fallopi (salpingo-ooforektomi). Ini juga merupakan prosedur yang direkomendasikan untuk pasien pascamenopause.

Untuk pasien yang belum menstruasi dengan torsi ovarium dan ovarium dalam kondisi normal, ooforopeksi dapat dilakukan bersamaan dengan detorsi untuk mengurangi risiko torsi di masa depan. Jika terdapat kista atau massa, dokter bedah dapat melakukan detorsi dan kistektomi tanpa ooforopeksi.

Buat janji temu di Rumah Sakit Gleneagles

Jika Anda menduga Anda mengalami gejala torsi ovarium, hubungi kami untuk mengetahui lebih lanjut tentang Layanan Obstetri & Ginekologi kami di Rumah Sakit Gleneagles terdekat.

Anda juga dapat menghubungi Pusat Pemeriksaan Kesehatan di Rumah Sakit Gleneagles terdekat Anda untuk membuat janji temu pemeriksaan kesehatan