Keracunan Makanan | Rumah Sakit Gleneagles

Keracunan Makanan

gleneagles-food-poisoning-banner

Perbedaan keracunan makanan dan flu perut 

Keracunan makanan kadang terlihat mirip dengan flu perut (gastroenteritis). Keduanya adalah penyakit yang mengganggu sistem pencernaan kita. Namun, keduanya berbeda dalam hal penyebab, gejala, dan lama kondisinya.

Keracunan makanan

Flu Perut (Gastroenteritis)

  • Kebanyakan kasus flu perut terjadi akibat mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi.
  • Kontaminasi dapat terjadi pada berbagai tahap produksi makanan, baik pengolahan, distribusi, maupun persiapannya.
  • Contoh bakteri: Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter, Vibrio, Staphylococcus aureus, Norovirus, Clostridium botulinum, Listeria, atau Escherichia coli (E. coli).
  • Bakteri dapat berkembang pesat pada makanan yang dibiarkan di suhu ruang dalam waktu lama. Memanaskan atau merebus makanan tersebut tidak selalu membuatnya aman lagi untuk dimakan, karena beberapa bakteri memproduksi toksin yang tidak bisa dihancurkan oleh panas. Begitu dicerna tubuh, bakteri akan terus berkembang di dalam sistem pencernaan dan menyebabkan infeksi.
  • Biasanya dipicu infeksi virus, seperti norovirus atau rotavirus. Walaupun juga dapat disebabkan oleh bakteri atau parasit, infeksi virus adalah penyebab utama kondisi ini.
  • Menyebar lewat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi, kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, atau kontak dengan individu yang terinfeksi.
  • Lebih menular dibandingkan keracunan makanan.

Gejala keracunan makanan

Gejala keracunan makanan dapat muncul di waktu yang berbeda-beda. Umumnya, individu akan jatuh sakit 1-3 hari setelah mengonsumsi makanan. Namun, ada kemungkinan individu langsung merasa tidak enak badan setelah 30 menit, atau bahkan hingga 3 minggu setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi. Waktu gejala akan bergantung pada jenis bakteri atau virus yang menyebabkan penyakit tersebut.

Tingka keparahan gejala juga bervariasi pada tiap individu, mulai dari ringan hingga berat. Gejalanya dapat berlansgung selama beberapa jam atau beberapa hari. Beberapa tanda keracunan makanan meliputi demam, diare dengan feses encer atau berdarah, sakit kepala, mual atau muntah, dan kram perut.


Tanda-tanda harus memeriksakan diri ke dokter

Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala serius, misalnya diare berdarah, diare yang berlangsung lebih dari tiga hari, demam yang tidak kunjung mereda lebih dari 38.9°C, tubuh tidak bisa menyimpan cairan karena sering muntah, dan menunjukkan gejala dehidrasi, seperti tidak sering pipis, mulut dan tenggorokan kering, serta sempoyongan saat berdiri.


Potensi komplikasi

Komplikasi paling umum dari keracunan makanan adalah dehidrasi. Hal ini berarti tubuh Anda tidak memiliki cukup cairan dan elektrolit untuk bekerja dengan benar. Hal ini sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki sistem imun yang lameh. Jika tidak segera diatasi, dehidrasi dapat menyebabkan masalah kesehatan serius yang bahkan dapat membahayakan nyawa.

Sepsis adalah komplikasi yang membahayakan nyawa, yaitu ketika tubuh bereaksi hebat terhadap sebuah infeksi. Kondisi ini merupakan kondisi gawat darurat, dan jika tidak ditangani dengan tepat, kondisi ini dapat menyebabkan gagal organ, syok sepsis, dan kematian.

Sindrom hemolitik uremik (HUS) adalah komplikasi langka yang parah, khususnya terkait dengan infeksi E. coli yang menyebabkan kerusakan sel darah merah, dan pada akhirnya, gagal ginjal.

Sindrom Guillain-Barré adalah gangguan neurologi yang umumnya muncul setelah infeksi bakteri, seperti Campylobacter. Pada kondisi ini, sistem imun tubuh justru menyerang saraf, dan menyebabkan otot lemah hingga kelumpuhan.


Diagnosis dan opsi perawatan

Diagnosis

Diagnosis keracunan makanan umumnya meninjau gejala pasien, riwayat medisnya, dan kadang disertai tes laboratorium.

Analisis sampel feses

  • Pemeriksaan feses dilakukan jika kondisi dinilai sudah parah, persisten (tidak kunjung sembuh), atau jika terdapat darah pada feses.
  • Hasil tes ini dapat mengidentifikasi jenis bakteri, virus, atau parasit yang menyebabkan kondisi tersebut.

Tes darah

  • Untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan atau infeksi, atau mengidentifikasi komplikasi yang lebih serius, seperti sepsis, gagal ginjal, atau dehidrasi.

Pengujian makanan

  • Lebih sering dilakukan pada situasi keracunan makanan yang berskala besar dan investigasi kesehatan.
  • Sampel makanan diuji untuk menentukan zat kontaminan, menelusuri sumber kontaminasi, dan mengidentifikasi patogen terkait untuk membantu mencegah kasus lain terjadi. 

Pengujian spesifik

  • Beberapa pengujian yang lebih spesifik mungkin diperlukan untuk zat toksin tertentu, seperti racun botulinum serta keracunan ikan atau kerang-kerangan.

Perawatan

Tujuan utama pengobatan adalah meringankan gejala dan mencegah dehidrasi. Keracunan makanan umumnya akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari. Namun, pada kasus yang lebih parah, intervensi medis mungkin diperlukan.

Obat-obatan

  • Antibiotik: Untuk keracunan makanan yang diakibatkan bakteri.
  • Antidiare (loperamide): Untuk kasus diare yang parah, yang dikonsumsi sesuai anjuran dokter.
  • Antiemetik (ondansetron): Untuk membantu meringankan mual dan muntah.
  • Antipiretik atau pereda rasa sakit (parasetamol): Untuk menurunkan demam dan meredakan rasa tidak enak badan.

Penyesuaian diet

  • Konsumsi makanan yang hambar, seperti nasi, roti panggang, biskuit, dan pisang, saat masa pemulihan.
  • Hindari makanan olahan, makanan yang digoreng, dan produk berbahan dasar susu.

Hidrasi

  • Gantikan cairan dan elektrolit yang terbuang dengan banyak minum air, kaldu, serta larutan rehidrasi oral (oralit).
  • Hindari minuman manis, minuman bersoda, kopi, dan teh.
  • Cairan infus juga dapat diberikan di fasilitas kesehatan untuk mengatasi kasus dehidrasi yang parah. 

Tips pencegahan

Kebersihan tangan yang mendasar

  • Cuci tangan setelah bersin atau batuk, membuang ingus, berinteraksi dengan hewan, menggunakan toilet, dan mengganti popok.

Makanan dan minuman yang harus dihindari

  • Susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Makanan yang mengandung daging, unggas, dan telur mentah atau setengah matang.

Pedoman persiapan makanan

  • Cuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah mengolah makanan mentah.
  • Semua buah dan sayur harus dicuci dengan bersih sebelum dikonsumsi.
  • Gunakan talenan plastik untuk mengolah daging, unggas, atau ikan mentah.
  • Semua alat dan permukaan yang digunakan untuk mempersiapkan makanan harus dicuci dengan bersih menggunakan sabun dan air sebelum dan setelah penggunaan.
  • Pastikan makanan diolah dalam waktu yang cukup dan mencapai suhu yang tepat.

Panduan penyimpanan makanan

  • Makanan sisa harus segera dibekukan atau dimasukkan ke kulkas.
  • Untuk mencegah kontaminasi silang, buah, sayur, serta makanan yang sudah dimasak dan yang sudah diolah harus disimpan terpisah dari daging dan telur mentah.
  • Simpan saus salad dan mayones, serta semua makanan yang mengandung keduanya, di kulkas.
  • Jika Anda tidak yakin sudah berapa lama makanan berada di luar kulkas, buang makanan tersebut. Jika makanan sudah dibiarkan di suhu ruangan selama dua jam, makanan tersebut dianggap tidak aman untuk dimakan.
  • Buang makanan jika Anda tidak yakin apakah makanan tersebut sudah basi atau belum.

Buat janji temu di Rumah Sakit Gleneagles

Jika Anda mengalami gejala keracunan makanan, hubungi dokter kami. Tim dokter spesialis gastroenterologi yang ahli dan berdedikasi di Rumah Sakit Gleneagles siap memberikan konsultasi guna menyediakan perawatan dan dukungan yang terbaik.

Hubungi kami untuk membuat janji temu hari ini jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan tentang keracunan makanan atau kondisi kesehatan pencernaan lainnya. Kami menjamin Anda mendapatkan perawatan terbaik yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan Anda.

Spesialisasi Kami

Muat lebih banyak
Loading...

Wait a minute