health-digest-lactose-intolerance-banner health-digest-lactose-intolerance-banner
Makanan & Nutrisi
Nutrisi berdasarkan Spesialisasi

Panduan Diet bagi Penderita Intoleransi Laktosa

21 November 2024 · mins read

Topics






Ketahui lebih lanjut mengenai gejala intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna laktosa) dan jenis makanan yang harus dihindari.

Laktosa adalah bentuk gula yang banyak ditemukan pada susu dan produk berbahan dasar susu, sementara laktase adalah enzim yang diproduksi usus halus dan berperan untuk memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, sebelum diserap di aliran darah.

Ketika individu dengan intoleransi laktosa mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung laktosa, laktosa yang tidak dicerna itu akan melewati kolon dan menimbulkan beragam gejala gangguan pencernaan. Laktosa tersebut akan difermentasi oleh bakteri, yang kemudian menyebabkan produksi gas dan zat turunan lainnya.

Terdapat miskonsepsi bahwa intoleransi laktosa sama dengan alergi susu. Namun, intoleransi laktosa disebabkan oleh kekurangan enzim laktase di dalam usus halus.

Penyebab Intoleransi Laktosa

Intoleransi laktosa disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh memproduksi enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Laktase adalah sejenis protein dan enzim yang membantu mengatur reaksi kimiawi dalam tubuh, dan umumnya diproduksi di usus kecil untuk membantu proses pencernaan laktosa.

Defisiensi laktase terjadi akibat tubuh yang tidak memproduksi enzim laktase dalam jumlah yang cukup. Kadar enzim laktase yang rendah pada individu membuat tubuh kesulitan memecah laktosa menjadi gula yang dapat digunakan oleh tubuh, seperti glukosa dan galaktosa.

Terdapat 4 penyebab utama defisiensi enzim

Defisiensi laktase

Detail

Defisiensi laktase primer

  • Penyebab utama intoleransi laktosa di seluruh dunia.
  • Terjadi akibat kelainan genetik turun-temurun dari generasi ke generasi dalam keluarga.
  • Muncul pada individu jika dietnya tidak lagi mengandung banyak susu dan produk berbahan dasar susu, sehingga membuat produksi laktase berkurang.
  • Penurunan konsumsi susu umumnya dimulai setelah usia dua tahun, setelah tidak lagi menerima ASI atau susu formula, walaupun gejalanya mungkin tidak muncul hingga mencapai usia lebih dewasa.

Defisiensi laktase sekunder

  • Dapat terjadi akibat adanya luka pada lapisan usus, yang dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, peradangan, atau penyakit lain, seperti gastroenteritis, penyakit celiac, penyakit Crohn, kolitis ulseratif, kemoterapi, dan penggunaan antibiotik.

Defisiensi laktase kongenital

  • Kondisi bawaan yang langka pada bayi baru lahir, disebabkan oleh orang tua yang memiliki kelainan genetik, lalu diturunkan ke anaknya.
  • Bayi hampir tidak memproduksi laktase, yang kemudian menyebabkan bayi kesulitan mencerna laktosa dalam produk berbahan dasar susu.

Defisiensi laktase tumbuh kembang

  • Kondisi pada bayi yang lahir prematur sebelum usia kehamilan 37 minggu, ketika usus halusnya belum sepenuhnya terbentuk, sehingga mereka kesulitan mencerna laktosa.
  • Namun, usus akan berkembang seiring bayi bertumbuh dewasa, sehingga mereka dapat memproduksi cukup laktase untuk mencerna laktosa dengan efektif.

Gejala Intoleransi Laktosa

Gejalanya akan mulai muncul 30 menit hingga 2 jam setelah mengonsumsi produk berbahan dasar susu. Gejala tersebut meliputi diare, kembung, sakit perut, mual atau muntal, perasaan terlalu kenyang, dan sering kentut.

Tingkat keparahan gejala ini berbeda pada tiap individu, dan tidak semua orang akan mengalami gejala-gejala tersebut. Konsultasikan dengan dokter Anda jika memiliki keraguan atau kekhawatiran.

Pengujian Diagnostik

Kombinasi asesmen medis dan tes-tes tertentu digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa.

Tes napas hidrogen mengharuskan Anda meminum cairan kaya laktosa, kemudian menghembuskan napas ke sebuah alat yang mengukur kadar hidrogen dalam napas Anda. Jika kadar hidrogen tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa laktosa tidak diproses dengan efektif, dan kemudian difermentasi oleh bakteri di kolon. Hal ini menandakan bahwa Anad memiliki intoleransi laktosa.

Tes toleransi laktosa adalah tes yang biasa digunakan untuk mengukur kadar gula darah setelah mengonsumsi cairan kaya laktosa. Jika kadar gula darah tidak naik secara signifikan setelah meminumnya, hal ini menandakan bahwa Anda memiliki intoleransi laktosa.

Pengobatan dan Penanganan

  • Hindari atau kurangi konsumsi produk berbahan dasar susu, seperti susu, keju, es krim, dan yogurt hingga maksimal 10g per hari.
  • Perhatikan label makanan untuk mengecek komponen laktosa, karena laktosa juga ditemukan pada produk lain, seperti roti, sereal, dan makanan olahan.
  • Pilihlah susu dan produk berbahan dasar susu yang bebas atau rendah laktosa.
  • Pilihlah alternatif bebas susu sapi, seperti susu almond, susu kedelai, susu oat, dan santen, yang dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi.
  • Kemudian, mulai mengonsumsi produk berbahan dasar susu secara bertahap juga dapat membantu Anda mengetahui batas aman konsumsi tanpa harus menderita gejalanya. Beberapa individu dengan intoleransi laktosa dapat menoleransi laktosa dalam jumlah sedikit. 
  • Konsumsi makanan tinggi kalsium, seperti sayur berdaun hijau (kale dan brokoli), almond, tahu, dan makanan yang difortifikasi (jus jeruk dan sereal).
  • Pertimbangkan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium dan menjaga kesehatan tulang.
  • Suplemen enzim laktase juga dapat dikonsumsi untuk membantu pemecahan laktosa dan mengurangi gejala yang dialami.

Buat Janji Temu di Rumah Sakit Gleneagles

Berkonsultasilah dengan dokter kami jika Anda menunjukkan gejala intoleransi laktosa. Tim dokter spesialis gastroenterologi yang ahli dan berdedikasi di Rumah Sakit Gleneagles siap memberikan konsultasi guna menyediakan perawatan dan dukungan yang terbaik.

Hubungi kami untuk membuat janji temu hari ini jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan mengenai intoleransi laktosa. Kami memastikan Anda mendapatkan perawatan terbaik yang memungkinkan sesuai dengan kebutuhan Anda secara spesifik.

SuggestedArticles