Sistem Robotik Da Vinci Mengubah Pengalaman Operasi - Href - Img | 吉隆坡鹰阁医院
Gleneagles Hospital Kuala Lumpur
Health Hub
健康医疗文章
Sistem Robotik Da Vinci Mengubah Pengalaman Operasi

Sistem Robotik Da Vinci Mengubah Pengalaman Operasi

5G and The Future of Robotic Surgery

Doktor spesialis onkologi ginekologu Datuk Dr Abd Aziz Yahya dan konsultan bedah urologi Dr CS Loh merupakan ahli bedah robotik yang bersertifikat. Pada kesempatan kali ini, mereka menjelaskan tentang bagaimana operasi atau pembedahan telah berkembang dan mengarah ke penggunaan robotika untuk mendapatkan hasil terbaik.

Dr Aziz yang baru-baru ini mendapatkan gelar kehormatan Honorary Fellowship (FACOG) dari American College of Obstetrician dan Gynaecologists memaparkan bahwa operasi yang dilakukan 30 tahun lalu berbeda dengan saat ini. “Pembedahan telah berkembang pesar dengan tujuan untuk mendapatkan hasil sebaik mungkin. Sehingga pasien bisa Kembali pulih secepatnya dengan rasa sakit yang minimal, tanpa mengorbankan keselamatan dan menjaga hasil operasi,” jelasnya.

Dr Aziz menjelaskan, kemajuan dari open surgery alias bedah terbuka konvensional yaitu metode bedah laparoskopi – Teknik minimal invasif yang dilakukan dengan menggunakan alat panjang menyerupai pensil dilengkapi kamera dan dimasukkan lewat sayatan kecil. Meski proses penyembuhannya cepat dan baik, alat yang digunakan untuk laparoskopi wujudnya kaku dan tidak intuitif bagi ahli bedah.

“Saat ini, perkembangan bedah laparoskopi adalah operasi yang dibantu oleh robot, dimana kekurangan yang ada di prosedur minimal invasive dapat diatasi dan kemampuan ahli bedah bisa meningkat,” terang Dr Aziz.

Prosedur bedah robotic sebenarnya telah dimulai 25 tahun silam di Amerika Serikat (AS) dan mulai dikenalkan di Malaysia sekitar 10 tahun yang lalu. “Dulu robot-robot dikembangkan untuk urusan di medan perang, yaitu mengobati para tantara Amerika yang terluka tanpa membahayakan nyawa dokter. Teknologi tersebut lantas digunakan oleh perusahaan sipil Intuitive Surgical dan dikembangkan menjadi system robotik da Vinci,” tuturnya.

Dr Loh menegaskan, system ini adalah bentuk tercanggih dari bedah minimal invasive. Selama prosedur, ahli bedah duduk beberapa meter dari meja operasi menghadap konsol komputer yang menyediakan gambar tiga dimensi beresolusi tinggi di area yang akan dibedah. Ahli bedah mengoperasikan dua master (mirip joystick) yang mengendalikan dua lengan mekanik pada robot. “Lengan-lengan robot tersebut memiliki alat khusus untuk melakukan pembedahan melalui lobang kecil dengan gerakan menyerupai tangan. Jadi, ahli bedah tinggal menggerakkan dan mengendalikan robot untuk melakukan operasi,” papar Dr Loh.

Meskipun bedah laparoskopik menawarkan rasa sakit dan pendarahan minimal serta penyembuhan yang cepat, tapi metode tersebut masih memiliki banyak keterbatasan. Contohnya, jika kita mengoperasi organ yang jauh di dalam perut, alat-alat yang digunakan juga harus dimasukkan dalam-dalam. “Jika ada Gerakan ringan diluar tubuh pasien, misalnya saja tangan ahli bedah gementar, makan Gerakan itu akan ditingkatkan oleh alat di dalam tubuh pasien karena adanya efek fulcrum,” tambah Dr Loh.

“Bedah robotic menanggulangi keterbatasan tersebut. Alat-alat pada bedah robotic hampir serupa seperti pergelangan tangan yang bisa berputar sehingga kemampuan untuk bermaneuver meningkat. Karena merupakan sebuah mesin, alat ini sangat stabil, tidak seperti tangan manusia yang bisa gemetar,” tegas Dr Loh. Dr Aziz sepakat bahwa bedah robotik lebih unggul disbanding metode pembedahan lainnya karena dengan alat tersebut operasi yang rumit bisa dilakukan dengan posisi yang sangat nyaman, ketepatan yang baik serta trauma minimal.

Sebelum seorang doctor bisa melakukan pembedahan robotic, dia harus menjalani pelatihan yang sangat ketat dari pengembang da Vinci. Agar memenuhi syarat, dokter tersebut harus ahli di bidang bedah terbuka maupun laparoskopi. “Aturan yang sangat ketat serta Latihan itu dilakukan untuk memastikan ahli bedah yang bersangkutan benar-benar terlatih dan berpengalaman,” tambahnya.

Masa Depan Operasi Robotik untuk Kesehatan

Penggunaan Bedah Robotik di Urologi, Ginekologi dan Bidang Lainnya menjadi alternatif Kesehatan di masa depan. Dr Loh menjelaskan bahwa kanker prostat merupakan penyakit pertama yang ditangani dengan sistem robotik. “Penggunaan robotika di urologi sudah cukup mapan. Sekitar 10-15 tahun lalu, 95 persen bedah robotic dilakukan untuk mengatasi kanker prostat,” katanya.

Adapun resiko inkontensia urin atau kehilangan kemampuan untuk mengontrol air kecil serta disfungsi ereksi ketika melakukan operasi prostat. Presisi tambahan dari robot tersebut membuat kebocoran urin lebih minimal dan kualitas ereksi menjadi lebih baik. Yang paling penting, darah yang hilang sangat sedikit dan pemulihannya lebih cepat. “Bidang lain seperti bedah toraks, jantung, kolorektal dan umum telah memakai teknologi ini dan menggunakannya dalam berbagai kondisi,” terang Dr Loh.

Operasi ginekologis yang bisa dilakukan dengan da Vinci diantaranya miomektomi (pengambilan tumor jinak di uterus), histerektomi (pengangkatan Rahim) serta operasi radikal untuk kanker ginekologi dan endometriosis.

“Pada beberapa kasus sistem robotik tidak bisa digunakan yaitu ketika kanker sudah parah dan besar dan jika perut penuh cairan yang mengganggu pandangan ahli bedah. Mayoritas pasien bisa menjalani operasi robotik tapi penilaian sebelum operasi sangat penting untuk mengetahui ada atau tidaknya kendala tersebut,” tegasnya.

“Karena pasien sudah lebih sadar dengan teknologi ini, saya meramalkan bahwa teknologi ini akan menjadi lebih popular. Di AS, hampir 70 persen bedah ginekologi dilakukan dengan teknologi robotic,” jelas Dr Aziz.

Meski bedah robotic lebih mahal disbanding bedah terbuka dan laparoskopi tapi Dr Loh maupun Dr Aziz berpendapat bahawa hal tersebut layak. “Robot tidak membahayakan pengobatan tapi memberikan keuntungan tambahan. Dalam jangka panjang, pasien mendapat manfaat dari rasa sakit yang minim, lebih produktif dan masa pemulihan yang singkat,” terang Dr Loh. Kedua dokter tersebut menekankan bahwa jika pasien membutuhkan operasi, mereka harus diberi alternatif pilihan selain operasi terbuka yang konvensional.

Dokter ditampilkan

Datuk Dr Abd Aziz Yahya
Konsultan Onkologi Ginekologu
Rumah Sakit Gleneagles Kuala Lumpur
Dr Loh Chit Sin
Konsultant Bedah Urologi
Rumah Sakit Gleneagles Kuala Lumpur

Artikel pertama kali dimuat di Tribun Kaltim*

Loading...

Wait a minute

Loading...

Wait a minute